Kamis, 27 Oktober 2011

Dunia Menantikan Kita

Dunia Menantikan Kita…
oleh: Abdul wahid muallim*



T
ak terlupakan dalam benak dan pikiran umat Islam, keberadaan seorang pemuda yang mampu meningkatkan kehormatan umat Islam pada saat itu sehingga berbondong-bondong kafilah Arab masuk Islam, seorang pemuda yang memiliki wawasan yang sangat luas, seorang pemuda yang gagah berani menghadapi pasukan musuh sehingga mereka pun gentar menghadapinya. Dialah sahabat nabi, Khalid bin Walid seorang Panglima Perang yang sangat gagah berani, cermat dan cerdas dalam menghadapi musuh Islam yaitu Bangsa Romawi.
Seorang pemuda Islam yang membangun masa keemasan Islam dengan kecerdasannya. Masa keemasan Islam yang ketika seluruh permasalahan hidup dikembalikan pada Hukum Islam. Masa keemasan ketika seluruh umat dihormati kedaulatannya. Sebuah masa ketika para pemuda menjadi penentu kemajuan sebuah bangsa dan menjadi penggerak perubahan menuju kebaikan bersama.
Namun, pada saat ini kita belum merasakan lagi kehadiran pemuda Islam yang mampu membangun kembali kejayaan Islam.
Akankah hal tersebut hanya menjadi sebuah mimpi saja? Ataukah hanya menjadi cita-cita saja? Ataukah kita dapat mencapai hal tersebut sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh pemuda Islam saat ini? Dengan memulainya dari diri sendiri, dari hal-hal terkecil mulai saat ini di manapun mereka berada. (KH. Abdullah Gymnastyar)
Kapankah lahir kembali Pemuda Islam laksana Khalid bin Walid seperti pada zaman Rasulullah saw.?
Hal tersebut bukanlah suatu hal yang mustahil, dunia akan melahirkan kembali pemuda Islam seperti Khalid bin Walid. Bahkan mungkin akan melahirkan ribuan pemuda seperti Khalid bin Walid yang mampu mengusung kembali panji Islam dalam setiap kesempatan di manapun mereka berada.
Hal tersebut dapat terwujud ketika para pemuda Islam saat ini tidak hanya disibukkan oleh kepentingan-kepentingan pribadinya, tetapi juga mereka disibukkan oleh kepentingan-kepentingan umat Islam. Hal tersebut dapat terwujud ketika para pemuda mampu mengalahkan kepentingan pribadinya demi kepentingan umat Islam. Hal tersebut dapat terwujud ketika para pemuda islam tidak hanya memiliki visi hidup untuk dirinya sendiri tetapi juga memiliki visi untuk membangun peradaban dunia dengan nilai-nilai Islam.


* Penulis adalah Kepala Departemen Tarbiyah DKM Al Furqan Periode 2001-2002
 
Saat ini bukanlah saatnya lagi kita hanya berangan-angan tanpa adanya realisasi yang nyata. Dunia saat ini sangat membutuhkan pemuda Islam yang mampu merealisasikan kata-katanya menjadi sebuah amalan nyata yang sangat berarti bagi umat Islam. Saat ini Dunia sangat membutuhkan pemuda Islam yang mampu menerapkan dan merealisasikan strategi-strategi yang telah dibicarakannya dengan menyita waktu yang sangat banyak. Karena pada saat ini, dunia sedang berlomba membangun kekuatan, sementara kita (umat Islam) masih berada dalam dunia retorika yang penuh dengan perselisihan dalam manhaj Islam.
Sampai kapankah umat Islam akan terus berada dalam perselisihan dunia retorikan? Sementara dunia sudah sangat membutuhkan curahan pikiran kita untuk membangun peradaban.
Dunia saat ini sangat kita wahai para pemuda Islam.... Sangat menantikan pemuda yang kuat, yang tidak hanya kuat jasmaninya, tetapi juga kuat akhlaqnya, kuat ruhiyahnya dan kuat pikirannya.
Dunia saat ini menantikan seorang pemuda yang mampu membina dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik. Menantikan seorang pemuda yang mampu menularkan pikiran dan akhlaq Islaminya kepada lingkungan sekitar.
Dunia saat ini menantikan ribuan pemuda Islam yang mampu meningkatkan profesionalitasnya. Seorang pemuda yang mampu mengefektifkan dan mengefisienkan kinerjanya dalam setiap aktivitas. Dan mampu membuat program kerja yang berbasiskan kebangkitan Islam.
Wallahu'alam bi shawab…[PHM]

PELANGGARAN TATA TERTIB KREDIT POIN PELANGGARAN SISWA SMA NEGERI 1 LEMBANG


PELANGGARAN TATA TERTIB
KREDIT POIN PELANGGARAN SISWA
SMA NEGERI 1 LEMBANG
 


Berdasarkan hasil keputusan rapat dengan Musyawarah Perwakilan Kelas Pengurus OSIS dan Dewan Guru pada hari selasa 22 agustus 2006. Maka setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan diberi sangsi (dalam bobot point) berdasarkan pelanggaran yang dilakukan. Apabila seorang siswa sudah mencapai 250, maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada orang tua (dikeluarkan dari sekolah). Pedoman penilaian ini berlaku selama siswa belajar di lingkungan SMA Negeri 1 Lembang. Adapun klasifikasi bobot poin pelanggaran adalah sebagai berikut :

No.
Komponen
Jenis Pelanggaran
Point

1
Keterlambatan
a.          Terlambat masuk sekolah :
-       Terlambat kurang 10 menit
-       Terlambat 10 menit
b.          Terlambat masuk karena izin keluar
c.          Izin keluar pekarangan sekolah dan tidak kembali lagi

2 Point
5 Point
5 Point
25 Point
2
Kerajinan
a.          Siswa tidak masuk karena :
-       Sakit tanpa keterangan
-       Tanpa keterangan (alpa)
b.          Tidak masuk dengan keterangan palsu
c.          Meninggalkan kelas tanpa keterangan dan tidak kembali lagi
d.          Tidak mengikuti kegiatan ekskul / skill
e.          Tidak mengikuti upacara bendera hari senin dan hari besar nasional
f.           Tidak mengikuti kegiatan hari besar agama di sekolah

2 Point
10 Point
25 Point
15 Point
5 Point
15 Point
15 Point
3
Kerapian
a.          Seragam tidak sesuai dengan ketentuan
b.          Seragam tidak lengkap
c.          Tidak memasukan baju seragam
d.          Tidak bersepatu hitam
e.          Baju ketat, rok diatas lutut
f.           Seragam sobek dan ada coretan
g.          Menggunakan topi selain topi OSIS dilingkungan sekolah
h.          Mengubah pakaian seragam (Baju, Celana, Rok dan Jilbab)
i.            Memakai sandal, sepatu sandal ke sekolah
j.            Siswa berhias berlebihan
k.          Siswa memakai perhiasan (aksesoris)
l.            Siswa berambut gondrong
m.        Mencat rambut
n.          Mencat kuku, tangan dan kaki
o.          Brtato
10 Point
15 Point
5 Point
10 Point
10 Point
10 Point
15 Point
15 Point
15 Point
15 Point
10 Point
25 Point
25 Point
10 Point
25 Point
4
Kepribadian
a.          Bermesraan dilingkungan sekolah
b.          Meludah tidak pada tempatnya
c.          Membuang sampah sembarangan
d.          Merusak tanaman hias dan pohon
e.          Melanggar norma susila
f.           Mencuri / mengambil barang milik orang lain
g.          Mencoret-coret dinding, tembok, meja, kursi dan pagar sekolah
h.          Menulisi, menggambari buku paket sekolah
i.            Menyita dengan paksa (merampas)
j.            Merusak / menghilangkan harta benda milik sekolah, guru, karyawan dan teman
k.          Keluar tanpa melalui pintu depan   
20 Point
2 Point
5 Point
10 Point
50 Point
50 Point
25 Point
10 Point
50 Point
20 Point

15 Point
5
Ketertiban
a.          Membawa rokok sendiri / titipan
b.          Menghisap rokok dilingkungan sekolah
c.          Memperjual belikan rokok
d.          Membawa buku / majalah / kaset / VCD porno, membawa sendiri atau titipan
e.          Menjual belikan / menyewakan buku, majalah / kaset VCD porno
f.           Mengajak, membawa / memperjual belikan / menyewakan barang–barang tersebut
g.          Membawa senjata tajam dan senjata api  
25 Point
40 Point
50 Point
40 Point

50 Point
50 Point

75 Point
      














h.          Menggunakan senjata tajam dan senjata api
i.            Menyuruh membawa / mempergunakan senjata tajam dan senjata api
j.            Membawa / mempergunakan narkotika dan zat adiktif lainnya
k.          Memperjual belikan narkotika narkotika dan zat adiktif lainnya
l.            Mengajak untuk membawa / memperjual belikan narkotika dan zat adiktif lainnya
m.        Membawa Hp. / MP3 / Walkman / Portable
n.          Menghasut dan koordinir hingga menimbulkan perkelahian
o.          Perkelahian di lingkungan sekolah
p.          Perkelahian di luar lingkungan sekolah
q.          Terlibat dalam tawuran pelajar
r.           Membawa alat judi
s.          Terlibat perjudian / taruhan
t.           Memarkir kendaraan secara sembarangan
u.          Menerima tamu tanpa melaporkan ke piket
v.          Mengganggu kelas yang sementara belajar
w.        Ditemukan diluar sekolah pada jam pelajaran berlangsung
x.          Naik kendaraan di lingkungan sekolah dengan ugal-ugalan

200 Point
50 Point
200 Point
200 Point
150 Point

20 Point
150 Point
100 Point
50 Point
100 Point
50 Point
100 Point
5 Point
20 Point
10 Point
20 Point
20 Point
6
Pelanggaran terhadap Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan
a.          Melawan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dengan ucapan / tulisan dengan kata – kata kasar
b.          Melawan Kepala Sekolah, disertai ancaman
c.          Melawan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan disertai pemukulan

200 Point

200 Point
250 Point


Catatan : Bagi siswa yang telah mencapai point pelanggaran sebagai berikut :
a.       Point pelanggaran mencapai 25 – 75 dilakukan teguran secara lisan
b.       Point pelanggaran mencapai 100 dilakukan teguran secara tertulis berupa pemanggilan orang tua ke-1 (panggilan ke-1)
c.       Point pelanggaran mencapai 150 dilakukan panggilan ke-2 (panggilan ke-2)
d.       Point pelanggaran mencapai 250 dilakukan pemanggilan ke-3 sekaligus pemulangan siswa kepada orang tua (dikeluarkan dari sekolah)

Apabila terdapat pelanggaran yang kredit pointnya belum tercantum diatas bentuk sanksinya akan ditentukan menurut kebijakan sekolah.



   Ketua OSIS                                                                                                                          Ketua MPK




Muh. Nuryadin                                                                                                                     Zulkifli Suyuti

Mengetahui

 Komite Sekolah                                                                                                                     Kepala Sekolah




  Nurdin Saleh                                                                                                                      Drs. H. A miruddin Nonci
                                                                                                                                             Nip 131952489    

VISI DAN MISI

VISI SMA NEGERI 1 LEMBANG
Berdasarkan Iman dan Taqwa, Terbaik dalam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Teladan dalam Bersikap dan
Berperilaku
 
 








MISI SMA NEGERI 1 LEMBANG

1.       Meningkatkan prestasi akademik lulusan
2.     Membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
3.     Meningkatkan prestasi ekstra kurikuler
4.     Menumbuhkan semangat keuanggulan
5.     Menumbuhkan minat baca
6.     Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris

Rabu, 26 Oktober 2011

hati word


Tentang Ucapan: "Andaikata"

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahid muallim

Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Mereka (orang-orang munafik) mengatakan: 'Andaikata kita memiliki sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya (kita tidak akan terkalahkan dan) tidak akan ada yang terbunuh di antara kita di sini (maksudnya: dalam perang Uhud)'. Katakanlah: 'Kalaupun kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji (keimanan) yang ada dalam dadamu dan untuk membuktikan (niat) yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi segala hati." (Ali Imran: 154)
"Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: 'Andaikata mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.' Katakanlah: 'Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar'." (Ali Imran: 168)
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kegagalan, janganlah kamu berkata: 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu', tetapi katakanlah: 'Ini telah ditakdirkan oleh Allah; dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki'; karena ucapan 'seandainya' akan membuka (pintu) perbuatan syetan."
Kandungan tulisan ini:
  1. Tafsiran kedua ayat dalam surah Ali Imran. Kedua ayat di atas menunjukkan larangan mengucapkan "Andaikata" atau "Seandainya" dalam hal-hal yang telah ditakdirkan oleh Allah terjadi, dan ucapan demikian termasuk sifat-sifat munafik; juga menunjukkan bahwa konsekwensi iman ialah pasrah dan ridha kepada takdir Allah, serta rasa khawatir seseorang tidak akan dapat menyelamatkan dirinya dari takdir tersebut.
  2. Dilarang dengan tegas untuk mengucapkan "andaikata" atau "seandainya" apabila mendapat suatu musibah atau kegagalan.
  3. Alasannya, bahwa ucapan tersebut akan membuka pintu perbuatan syetan.
  4. Bimbingan yang diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam (ketika menjumpai suatu kegagalan atau mendapat suatu musibah), yaitu supaya mengucapkan perkataan yang baik (dan bersabar serta mengimani bahwa apa yang terjadi adalah takdir Allah).
  5. Diperintahkan supaya bersungguh-sungguh dalam menuntut segala yang bermanfaat (untuk di dunia dan di akhirat), dengan senantiasa memohon pertolongan Allah.
  6. Dilarang bersikap sebaliknya, yaitu bersikap lemah.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

 

 

 

Penyakit-Penyakit Hati

Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi

Pengantar:
Untuk sedikit menambah pengetahuan kita tentang penyakit hati, berikut ini akan saya kutipkan risalah dari buku "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah..." karya Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunaimi. Akan tetapi, barangkali risalah itu sendiri lebih tepat disebut karya Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi, karena beliaulah yang menulisnya sebagai syarh (penjelasan) dari kitab Aqidah yang disusun oleh Imam Ath-Thahawi yang dikenal dengan kitab "Aqidah Thahawiyah". Sedang Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunami adalah yang melakukan tahdzib (penataan ulang). Semoga bermanfaat.

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh.
Allah berfirman, artinya:
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.
Allahberfirman,artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman, artinya:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya:
"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)

Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat:
Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat. Sesungguhnya Allah berfirman:
"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)

Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.
*) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"]
Dikutip dari: Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, "Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah Menurut Ulama Salaf", penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku 2, Cetakan I, 2000, hal 264-266.
KEUTAMAAN TAWAKAL
Allah berfirman,
"Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-oang Mukmin bertawakal". (Ali Imran: 122)
"Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq: 33)
Di dalam hadits diriwayatkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan bahwa di antara umatnya ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Kemudian beliau bersabda,
"Yaitu mereka yang tidak membual, tidak mencuri, tidak membuat ramalan yang buruk-buruk dan kepada Rabb mereka bertawakal". (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
Dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Andaikan kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia kan menganugerahkan rezki kepada kalian sebagaimana Dia menganugerahkan rezki kepada burung, yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, lalu kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang." *)
Diantara doa yang dibaca Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon taufik kepada-Mu untuk mencintai-Mu daripada amal-amal, kebenaran tawakal dan baik sangka kepada-Mu". (Hadits mursal, diriwayatkan Abu Nu'aim)
Tawakal harus didasarkan kepada tauhid. Adapun tauhid itu ada beberapa tingkatan. Diantaranya:
  1. Hati harus membenarkan wahdaniyah, yang kemudian diterjemahkan lewat kata-kata la ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir. Jika dia membenarkan lafazh ini, namun tidak mengetahui dalilnya, berarti itu merupakan keyakinan orang awam.
  2. Hamba melihat berbagai macam benda yang berbeda-beda, lalu melihatnya berasal dari satu sumber. Ini kedudukan orang-orang yang taqarab.
  3. Hamba melihat dari mata hatinya bahwa tidak ada yang bisa berbuat kecuali Allah dan dia tidak memandang kepada selain Allah. Kepada-Nya dia takut dan kepada-Nya pula dia berharap serta bertawakal. Karena pada hakekatnya Allahlah satu-satunya yang bisa berbuat. Dengan kemahasucian-Nya semua tunduk kepada-Nya. Dia tidak mengandalkan hujan agar tanaman bisa tumbuh, tidak mengandalkan kepada mendung agar hujan turun, tidak mengandalkan kepada angin untuk menjalankan perahu. Bersandar kepada semua ini merupakan ketidaktahuan terhadap hakekat segala urusan. Siapa yang bisa menyibak berbagai hakikat tentu akan mengetahui bahwa angin tidak berhembus dengan sendirinya. Angin itu harus ada yang mengerakkannya. Seseorang yang melihat angin sebagai penyelamat, serupa dengan orang yang ditangkap untuk dipenggal lehernya. Lalu setelah dilaporkan kepada raja, ternyata raja mengeluarkan lembaran catatan yang isinya memaafkan kesalahannya. Lalu dia banyak bercerita tentang tulisan dalam catatan itu, bukan melihat kepada siapa yang menggerakkan pulpen dan menuliskan catatan itu. Tentu saja ini suatu kebodohan. Siapa yang tahu bahwa pulpen tidak mempunyai kekuasaan hukum, tentu dia kan berterimakasih kepada orang-orang yang telah menggunakan pulpen itu, bukan kepada pulpennya. Semua makhluk di dalam kekuasaan Khaliq, lebih nyata daripada sekedar pulpen di tangan orang yang menggunakannya. Allahlah yang menciptakan segala sebab dan berkuasa untuk berbuat apa pun menurut kehendak-Nya.
Footnote:
*) Hadits tersebut di takhrij oleh Imam Ahmad (1/30), At-Tirmidzi (2/55), Al-Hakim (4/318) dari Hayah bin Syuraih: "Telah bercerita kepadaku Bakar bin 'Amer, bahwa dia mendengar Abdullah bin Hubairah, yang mengatakan bahwa Ibnu Hubairah mendengar Abu Tamim Al-Jisyani memberitahukan bahwa ia mendengar Umar bin Al-Khatab ra yang mengatakan: "Sesungguhnya dia telah mendengar Nabi saw bersabda: (lalu menyebutkan hadits di atas). Selanjutnya Imam At-Tirmidzi berkata: "Hadits ini ber-sanad shahih dan hasan." Sedangkan Imam Al-Hakim berkomentar : "Hadits tersebut shahih dipandang dari segi sanad-nya." Pernyataan senada juga ditegaskan oleh Adz-Dzahabi. Al-Albani berkomentar: Sebenarnya hadits di atas adalah shahih sesuai syarat Imam Muslim. Karena perawi-perawinya adalah perawi yang dipakai oleh Asy-Syaikhain, kecuali Ibnu Hubairah dan Abu Hatim, kedua perawi yang akhir ini adalah perawi Iman Muslim. Hadits di atas juga memiliki hadits mutabi' riwayat Ibnu Luhai'ah dari Ibnu Hubairah. Hadits di atas juga di-takhrij Imam Ahmad (1/52) dan Ibnu Majah (hadits no. 4164). Menurut Ibnu Majah, dia mendapat hadits tersebut dari riwayat Abdullah bin Wahab, yang juga ber-sanad shahih. (Syaikh Muhammad Nashiruddin A-Albani, "Silsilah Hadits Shahih" jilid 2, Pustaka Mantiq, 1996, Hal: 132-133)
Dikutip dari: Al-Imam Asy-Syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy, "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 423-431

Tanda-Tanda Sakit Hati Dan Mengembalikannya Agar Sehat Kembali Serta Cara Mengetahui Orang Lain Dan Aib Dirinya

Ibnu Qudamah

Halaman satu dari dua tulisan
Pengantar:
Ibnu Qudamah pengarang kitab fikih Al-Mughni telah meringkas kitab Minhajul Qoshidin karya Abul Faraj bin Jauzi (Ibnu Jauzi). Kitab ini penuh berisi nasehat yang disajikan berdasarkan kepada dalil-dalil syar'i dengan memperhatikan keshahihan hadits, seperti diterangkan dalam muqodimahnya. Boleh jadi mushanif (pengarang) tidak mencantumkan, Allah berfirman... atau Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda..., akan tetapi tamsil dan untaian kalimatnya yang penuh hikmah merupakan pengejawantahan dari qur'an dan sunnah itu sendiri. Jadi kalau kita cari bisa kita dapatkan sederet dalil yang mendukung hujjah (argumentasi)nya. Di sisi lain kitab ini sampai pada kita lewat tangan dua ulama salaf ahlus sunnah yang diakui keilmuannya, hingga cukuplah kiranya untuk memberi kita kemantapan dalam menerima nasehatnya. Saya sampaikan ini karena saya dengar ada di antara kita yang ragu-ragu dalam mengambil hikmah dari kitab ini. Berikut ini adalah sekelumit nasehat yang saya ambil dari kitab tersebut. Boleh jadi ia menjadi obat mujarab bagi yang membutuhkan kendati saya sendiri tak kuasa menelannya. Agar tidak terlalu panjang saya potong jadi dua. (ALS)

Setiap anggota badan manusia diperuntukkan untuk tugas yang khusus. Adapun tanda sakitnya ialah ketidakmampuannya melaksanakan tugas itu, atau tugas itu bisa dilaksanakan dalam keadaan kacau. Tangan yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya memegang. Mata yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melihat. Hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, yaitu ilmu, hikmah, ma'rifat, mencintai Allah dan beribadah kepada-Nya serta mementingkan semua ini daripada setiap bisikan nafsu.
Orang yang mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui Allah, seakan-akan dia tidak mengetahui sesuatu pun.
Tanda ma'rifat adalah cinta. Siapa yang mengetahui Allah tentu mencintai-Nya. Adapun tanda cinta adalah tidak mementingkan sesuatu dari sekian banyak hal-hal yang dicintainya daripada Allah. Siapa yang lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya daripada cintanya kepada Allah, berarti hatinya sakit, sebagaimana perut yang yang lebih suka memakan tanah daripada roti, maka perutnya tidak beres alias sakit.
Penyakit hati ini tersembunyi. Boleh jadi pemiliknya tidak tahu, karena itu dia mengabaikannya. Kalau pun tahu, mungkin dia tidak sabar menanggung pahitnya obat, karena obatnya adalah menentang nafsu. Kalaupun dia sabar, belum tentu dia mendapatkan dokter yang bisa mengobatinya. Dokter di sini adalah para ulama. Sementara penyakit pun sudah menjangkiti mereka. Dokter yang sakit jarang yang mau mengobati orang lain yang sakit, sehingga penyakit menjadi menyebar kemana-mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-sama dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah-ibadah zhahir, sedangkan di dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda sumber penyakit.
Untuk mengetahui keadaan agar segar kembali setelah berusaha melakukan pengobatan ialah dengan melihat jenis penyakitnya. Pengobatan penyakit kikir ialah dengan mengeluarkan harta, tapi tidak perlu berlebih-lebihan dan boros. Penyakit lain dengan pengobatannya sendiri-sendiri, seperti panas dengan dingin agar tidak semakin panas dan tidak menjadi terlalu dingin, agar tidak menjadi penyakit baru. Yang dituntut adalah jalan tengah.
Jika engkau ingin melihat jalan tengah ini, lihatlah kepada dirimu sendiri. Jika menumpuk harta dan mempertahankannya lebih engkau sukai dan lebih mudah daripada mengeluarkannya sekalipun kepada orang yang berhak, maka ketahuilah bahwa yang ada pada dirimu adalah sifat kikir. Maka obatilah jiwamu dengan mengeluarkan harta itu. Jika mengeluarkan harta itu kepada orang, yang lebih engkau sukai, maka tahanlah sedikit harta itu, karena yang ada pada dirimu adalah pemborosan. Janganlah engkau lebih condong untuk mengeluarkan harta atau menahannya. Buatlah harta itu mengalir seperti air di sisimu. Engkau tidak menuntut air itu untuk berhenti bukan untuk suatu keperluan, atau mengalirkannya secara deras untuk orang yang memerlukannya. Setiap hari yang bisa seperti itu akan mendatangi Allah dalam keadaan selamat.
Seseorang harus terbebas dari segala akhlak (jelek), agar dia tidak mempunyai hubungan dengan sesuatu pun dari keduniaan, agar jiwa dapat meninggalkan dunia dalam keadaan memutuskan hubungan dengannya, tidak menoleh kepadanya dan tidak mengharapkannya. Pada saat itu dia akan kembali kepada Rabb-nya sebagaimana kembalinya jiwa yang muthma'inah.
Karena jalan tengah yang hakiki antara dua sisi itu cukup sulit dideteksi, bahkan lebih lembut daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang, maka tidak aneh siapa yang bisa melewati jalan yang lurus ini di dunia, tentu akan bisa melewati jalan ini pula di akherat. Karena sulitnya istiqomah, maka hamba diperintahkan membaca, "Ihdinash-shirathal-mustaqim" beberapa kali setiap hari. Siapa yang tidak sanggup istiqamah, hendaklah dia berusaha mendekati istiqamah, karena keselamatan itu hanya dengan amal shalih. Sementara itu, amal yang shalih tidak keluar kecuali dari akhlak yang baik. Maka hendaklah setiap hamba mencari sifat dan akhlaknya sendiri, hendaklah mengobati satu persatu dan hendaklah bersabar dalam masalah ini (karena dia akan mendapatkan keadaan yang enak seperti halnya anak kecil yang tadinya enggan disapih, tapi lama-kelamaan dia merasa enaknya di sapih. Bahkan andaikan dia ditawari untuk menyusu lagi, tentu dia akan menolaknya). Siapa yang menyadari umur yang pendek jika dibanding dengan kehidupan akherat yang panjang, maka dia akan berani menanggung beratnya perjalanan selama beberapa hari, untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi.
Dikutip dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy, "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 193-195.

 

Riya Termasuk Syirik Kecil

Syeikh Sulaiman bin Abdullah

A. WASPADA TERHADAP RIYA
Keterangan beberapa hadits:
"Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya" (HR. Ahmad)
Hadits tersebut disitir oleh syeikh Muhammad bin Abdul Wahab (dalam kitab Tauhid) tanpa mengulas panjang lebar. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Abid Dunya dan Baihaqi di dalam Az Zahdu.
Berikut ini lafaz Ahmad: Yunus menceritakan kepadaku, menceritakan kepadaku Laits dari Yazid, yakni Ibnu Ilhad, dari Amru dari Mahmud bin Labid.
"Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu."
Sabda beliau: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Ini karena kasihnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap ummat dan belasnya kepada mereka dan memperingatkan terhadap apa yang ditakutkan yang akan merongrong ummatnya. Maka kebaikanlah bagi manusia setelah ditunjukkan oleh beliau karena waspada dan khawatir terhadap riya itu.
Nabi saw bersabda:
"Allah tidak membangkitkan seorang pun Nabi kecuali benar adanya, menunjukkan ummatnya kepada kebaikan yang diketahuinya untuk mereka dan melarang mereka itu terhadap kejahatan yang diketahuinya."

B. GODAAN RIYA
Dan tatkala jiwa-jiwa berambisi tertarik kepada wibawa dan kedudukan di dalam hati manusia -kecuali tentunya jiwa orang-orang yang diselamatkan oleh Allah, tidak ambisius- ini adalah godaan yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang shaleh, karena kuatnya godaan kepadanya, sedangkan orang yang terpelihara ialah barangsiapa yang dipelihara oleh Allah.
Hal yang serupa ini, berbeda dengan ajakan kepada syirik besar, karena godaan ini adakalanya tidak tergores di dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna, dan oleh sebab itu terdapatnya mereka dalam neraka lebih gampang lagi daripada kekufuran. Adakalanya godaan ke sana adalah lemah, ini beserta keselamatan. Dan adakalanya dengan bala bencana, maka Allah menetapkan mereka yang beriman dengan kemantapan dalam kehidupan dunia dan akherat.
Sedangkan orang-orang yang zalim itu adalah menyesatkan dirinya sendiri dan Allah memperbuat apa-apa yang dikehendakinya. Justru itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sangsi dan kuatir terhadap ummatnya tergoda oleh riya, lebih sangat karena kuat daya tariknya, bisa tergiur karena banyaknya daripada syirik besar.
Bersamaan dengan itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa pasti terjadi penyembahan berhala di kalangan ummatnya. Lalu beliau memperingatkan, bahwa seyogyanya bagi manusia takut dirinya ditimpa oleh syirik besar, sedangkan orang-orang yang shaleh khawatir terhadap syirik yang paling kecil, karena semuanya itu mengurangi iman dan maksiat kepada Allah, ini kehendak dari syeikh kita (Muhammad bin Abdul Wahab). Beliau juga menyimpulkan bahwa di dalamnya terdapat keterangan bahwa riya itu adalah termasuk syirik, dan walaupun terkecil namun ditakuti menimpa orang-orang yang shaleh dan didalamnya terdapat pendekatan syurga dan neraka, seakan-akan berbarengan keduanya: Amal sama macamnya, rupanya juga sama, lagi mirip.
Dikutip dari: Syeikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abul Wahhab, "Taisirul 'azizil hamid fi syarhi kitabit tauhid ,Edisi Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam", penerjemah: Drs. Ja'far Soejarwo., Al Ikhlas, Surabaya, 1986, hal. 152-153,

Riya Lebih Tersembunyi Daripada Rambatan Semut

Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy (Ibnu Qudamah)

Pengantar:
Duhai betapa beruntung pembaca e-mail ini dan betapa rugi penulisnya. Antum mendapatkan air jernih darinya sementara penulisnya mendapat air keruh. Tapi inilah perdagangan yang saya tawarkan. Bila hati pembaca lebih bersih maka itulah yang diharapkan, dengan tanpa terkotorinya hati penulis tentunya. Bila yang terjadi adalah sebaliknya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah tempat meminta pertolongan, dan segala kebaikan yang ada berasal dari Allah Yang Maha Tunggal semata.
Al-'alamah Ibnu Qudamah memberikan uraian tentang Riya', Hakekat, Pembagian dan Celaannya, termasuk keterangan riya' yang menggugurkan amal dan yang tidak, obat dan cara mengobati riya' dan sebagainya. Uraiannya yang berdasar keterangan dari qur'an dan sunnah cukup jelas, dapat membuat takut orang yang terlalu beharap hingga meremehkan dan memberikan harapan kepada orang yang terlalu takut. Berikut ini saya kutipkan beberapa paragraf dari nasehat beliau yang bisa di jadikan perhatian agar kita bisa hati-hati, karena ini masalah hati. (ALS)

Ketahuilah bahwa kata riya' itu berasal dari kata ru'yah (melihat), sedangkan sum'ah (reputasi) berasal dari kata sami'a (mendengar). Orang yang riya' menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang dilakukannya.
Riya' itu ada yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Riya' yang tampak ialah yang dibangkitkan amal dan yang dibawanya. Yang sedikit tersembunyi dari itu adalah riya' yang tidak dibangkitkan amal, tetapi amal yang sebenarnya ditujukan bagi Allah menjadi ringan, seperti orang yang biasa tahajud setiap malam dan merasa berat melakukannya, namun kemudian dia menjadi ringan mengerjakannya tatkala ada tamu di rumahnya. Yang lebih tersembunyi lagi ialah yang tidak berpengaruh terhadap amal dan tidak membuat pelaksanaannya mudah, tetapi sekalipun begitu riya' itu tetap ada di dalam hati. Hal ini tidak bisa diketahui secara pasti kecuali lewat tanda-tanda.
Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara ikhlas dan tidak bermaksud riya' dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya menjadi sempurna. Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya' yang tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang. Dari sini bisa diketahui bahwa riya' itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan, tapi ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara langsung.
Kesenangan atau riya' ini sangat tersembunyi, hampir tidak mendorongnya untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam.
Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, maka ada yang terasa mengganjal di dalam hati.
Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya' yang tersembunyi, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Allah pada Hari Kiamat.
Noda-noda riya' yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya'. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.
Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr Radliyallahu Anhu, dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?" Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia."
Namun jika dia ta'ajub agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya'.
Dipetik dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy , "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 271-286.

Siapa Yang Mencaci Masa Maka Dia Telah Menyakiti Allah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup; dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa', dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (Al-Jatsiah: 24)
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman: "Manusia menyakiti Aku: dia mencaci maki masa, padahal Aku adalah Pemilik dan Pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti"."
Disebutkan dalam riwayat lain: "Janganlah kamu mencaci masa karena Allah sesungguhnya adalah Pemilik dan Pengatur masa."
Orang-orang jahiliyah, kalau mereka tertimpa suatu musibah, bencana atau malapetaka, mereka mencaci masa. Maka Allah melarang hal tersebut, karena yang menciptakan dan mengatur masa adalah Allah Yang Maha Esa. Sedangkan menghina pekerjaan seseorang, berarti menghina orang yang melakukan pekerjaan itu. Dengan demikian, mencaci masa berarti mencela dan menyakiti Allah sebagai Pencipta dan Pengatur masa.
Kandungan tulisan ini:
  1. Dilarang mencaci masa.
  2. Mencaci masa disebut menyakiti Allah.
  3. Perlu direnungkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Karena Allah sesungguhnya adalah Pemilik dan Pengatur masa." Sabda beliau itu menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan takdir Allah, karena itu wajib bagi seorang muslim untuk beriman dengan qadha' dan qadar, yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit.
  4. Mencaci, mungkin saja, dilakukan seseorang tanpa bermaksud demikian dalam hatinya.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.