Pembahasan
A.
PENGERTIAN RIYA
Riya
berasal dari kata ru’yah (penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata
sam’u (pendengaran) dari sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya
adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain. Dan para ulama mendefiniskan
riya adalah menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan
memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Dari
definisi tersebut jelas bahwa dasar perbuatan riya’ adalah untuk mencari
keredhoan, penghargaan, pujian, kedukan atau posisi di hati manusia semata
dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya.
B.
WASPADA TERHADAP RIYA
Keterangan
beberapa hadits:
Sesuatu yang paling aku khawatirkan
menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil. Maka beliau ditanya tentang
itu. Beliau berkata: Riya
Hadits tersebut disitir oleh syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab tanpa mengulas panjang lebar. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Abid Dunya dan Baihaqi di dalam Az Zahdu.
Berikut ini lafaz Ahmad: Yunus
menceritakan kepadaku, menceritakan kepadaku Laits dari Yazid, yakni Ibnu
Ilhad, dari Amru dari Mahmud bin Labid.
Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu.
Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu.
Sabda beliau: Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil.
Ini karena kasihnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap ummat dan
belasnya kepada mereka dan memperingatkan terhadap apa yang ditakutkan yang
akan merongrong ummatnya. Maka kebaikanlah bagi manusia setelah ditunjukkan
oleh beliau karena waspada dan khawatir terhadap riya itu.
Nabi saw bersabda:
Allah tidak membangkitkan seorang pun Nabi kecuali benar adanya, menunjukkan ummatnya kepada kebaikan yang diketahuinya untuk mereka dan melarang mereka itu terhadap kejahatan yang diketahuinya.
Allah tidak membangkitkan seorang pun Nabi kecuali benar adanya, menunjukkan ummatnya kepada kebaikan yang diketahuinya untuk mereka dan melarang mereka itu terhadap kejahatan yang diketahuinya.
C.
GODAAN RIYA
Dan tatkala jiwa-jiwa berambisi
tertarik kepada wibawa dan kedudukan di dalam hati manusia -kecuali tentunya
jiwa orang-orang yang diselamatkan oleh Allah, tidak ambisius- ini adalah
godaan yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang shaleh, karena kuatnya godaan
kepadanya, sedangkan orang yang terpelihara ialah barangsiapa yang dipelihara
oleh Allah.
Hal yang serupa ini, berbeda dengan
ajakan kepada syirik besar, karena godaan ini adakalanya tidak tergores di
dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna, dan oleh sebab itu terdapatnya
mereka dalam neraka lebih gampang lagi daripada kekufuran. Adakalanya godaan ke
sana adalah lemah, ini beserta keselamatan. Dan adakalanya dengan bala bencana,
maka Allah menetapkan mereka yang beriman dengan kemantapan dalam kehidupan
dunia dan akherat.
Sedangkan orang-orang yang zalim itu
adalah menyesatkan dirinya sendiri dan Allah memperbuat apa-apa yang
dikehendakinya. Justru itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangsi dan
kuatir terhadap ummatnya tergoda oleh riya, lebih sangat karena kuat daya
tariknya, bisa tergiur karena banyaknya daripada syirik besar.
Bersamaan dengan itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa pasti terjadi penyembahan
berhala di kalangan ummatnya. Lalu beliau memperingatkan, bahwa seyogyanya bagi
manusia takut dirinya ditimpa oleh syirik besar, sedangkan orang-orang yang
shaleh khawatir terhadap syirik yang paling kecil, karena semuanya itu
mengurangi iman dan maksiat kepada Allah, ini kehendak dari syeikh kita .
Beliau juga menyimpulkan bahwa di dalamnya terdapat keterangan bahwa riya itu
adalah termasuk syirik, dan walaupun terkecil namun ditakuti menimpa
orang-orang yang shaleh dan didalamnya terdapat pendekatan syurga dan neraka,
seakan-akan berbarengan keduanya: Amal sama macamnya, rupanya juga sama, lagi
mirip.
Dikutip dari: Syeikh Sulaiman bin
Abdullah bin Muhammad bin Abul Wahhab, Taisirul ‘azizil hamid fi syarhi kitabit
tauhid ,Edisi Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam , penerjemah:
Drs. Ja’far Soejarwo., Al Ikhlas, Surabaya, 1986, hal. 152-153,
D. SIFAT RIYA
Riya
artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung atau
dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan karena
ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam
hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang
menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya
Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau
tidak ?
E.
JENIS RIYA
Ø Riya dalam niat
Riya ini muncul ketika
mengawali suatu pekerjaan. Seseorang yang akan melakukan ibadah berkeinginan
untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia
Ø Riya dalam perbuatan
Yaitu riya orang yang selalu
memperlihatkan ketekunan beribadah bukan karena sedang member contoh atau bukan
diwaktu saat orang banyak melakukannya.
F.
BAHAYA RIYA
Penyakit ini termasuk jenis
penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi
berdampak luar biasa.
“Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu
orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’,
Bahaya Riya’ bagi Amal
Perbuatan :
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya
dan tujuan luhurnya
b. Riya’ adalah syirik khafi.
c. Riya’ mewariskan kehinaan dan
kekerdilan.
d. Riya’ menghalangi pahala akhirat.
e. Riya’ menambah kesesatan
1.
Cara menghindari riya
Sudah diketahui bahwa bahaya
riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari
perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara :
Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja,
tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak
melakukannya.
BEBERAPA PERKARA YANG BUKAN TERMASUK RIYA’
1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki.
2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam.
3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain.
4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)
1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki.
2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam.
3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain.
4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)
ADAPUN
BEBERAPA KIAT UNTUK MENGHILANGKAN PENYAKIT RIYA’, MENURUT IMAM GHOZALI ADALAH :
1.
Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang lain,
menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada manusia,
sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang seorang
laki-laki kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah bagaimana
pendapatmu tentang orang yang berperang dengan gagah berani, orang yang
berperang karena fantisme dan orang yang berperang karena riya’ maka mana yang
termasuk dijalan Allah? Maka beliau saw bersabda,’Siapa yang berperang demi
meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang berada dijalan Allah.” (HR.
Bukhori)
2.
Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya hingga
hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah swt terhadap berbagai ibadahnya
itu.
3.
Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya pada saat
mengerjakan suatu ibadah.
KESIMPULAN
è Riya berasal dari kata ru’yah
(penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata sam’u (pendengaran) dari
sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya adalah ingin diperhatikan
atau dilihat orang lain.
è
Maksud riya’ adalah beribadah dengan niat
karena ALLAH dan karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia.
è
Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan :
1.
Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya
2.
Riya’ adalah syirik khafi.
3.
Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan.
4.
Riya’ menghalangi pahala akhirat.
5.
Riya’ menambah kesesatan