Rabu, 29 Februari 2012

riya

Pembahasan
A.    PENGERTIAN RIYA
Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata sam’u (pendengaran) dari sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain. Dan para ulama mendefiniskan riya adalah menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Dari definisi tersebut jelas bahwa dasar perbuatan riya’ adalah untuk mencari keredhoan, penghargaan, pujian, kedukan atau posisi di hati manusia semata dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya.
B.     WASPADA TERHADAP RIYA
Keterangan beberapa hadits:
Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya
Hadits tersebut disitir oleh syeikh Muhammad bin Abdul Wahab tanpa mengulas panjang lebar. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Abid Dunya dan Baihaqi di dalam Az Zahdu.
Berikut ini lafaz Ahmad: Yunus menceritakan kepadaku, menceritakan kepadaku Laits dari Yazid, yakni Ibnu Ilhad, dari Amru dari Mahmud bin Labid.
Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu.
Sabda beliau: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Ini karena kasihnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap ummat dan belasnya kepada mereka dan memperingatkan terhadap apa yang ditakutkan yang akan merongrong ummatnya. Maka kebaikanlah bagi manusia setelah ditunjukkan oleh beliau karena waspada dan khawatir terhadap riya itu.
Nabi saw bersabda:
Allah tidak membangkitkan seorang pun Nabi kecuali benar adanya, menunjukkan ummatnya kepada kebaikan yang diketahuinya untuk mereka dan melarang mereka itu terhadap kejahatan yang diketahuinya.


C.     GODAAN RIYA
Dan tatkala jiwa-jiwa berambisi tertarik kepada wibawa dan kedudukan di dalam hati manusia -kecuali tentunya jiwa orang-orang yang diselamatkan oleh Allah, tidak ambisius- ini adalah godaan yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang shaleh, karena kuatnya godaan kepadanya, sedangkan orang yang terpelihara ialah barangsiapa yang dipelihara oleh Allah.
Hal yang serupa ini, berbeda dengan ajakan kepada syirik besar, karena godaan ini adakalanya tidak tergores di dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna, dan oleh sebab itu terdapatnya mereka dalam neraka lebih gampang lagi daripada kekufuran. Adakalanya godaan ke sana adalah lemah, ini beserta keselamatan. Dan adakalanya dengan bala bencana, maka Allah menetapkan mereka yang beriman dengan kemantapan dalam kehidupan dunia dan akherat.
Sedangkan orang-orang yang zalim itu adalah menyesatkan dirinya sendiri dan Allah memperbuat apa-apa yang dikehendakinya. Justru itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangsi dan kuatir terhadap ummatnya tergoda oleh riya, lebih sangat karena kuat daya tariknya, bisa tergiur karena banyaknya daripada syirik besar.
Bersamaan dengan itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa pasti terjadi penyembahan berhala di kalangan ummatnya. Lalu beliau memperingatkan, bahwa seyogyanya bagi manusia takut dirinya ditimpa oleh syirik besar, sedangkan orang-orang yang shaleh khawatir terhadap syirik yang paling kecil, karena semuanya itu mengurangi iman dan maksiat kepada Allah, ini kehendak dari syeikh kita . Beliau juga menyimpulkan bahwa di dalamnya terdapat keterangan bahwa riya itu adalah termasuk syirik, dan walaupun terkecil namun ditakuti menimpa orang-orang yang shaleh dan didalamnya terdapat pendekatan syurga dan neraka, seakan-akan berbarengan keduanya: Amal sama macamnya, rupanya juga sama, lagi mirip.
Dikutip dari: Syeikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abul Wahhab, Taisirul ‘azizil hamid fi syarhi kitabit tauhid ,Edisi Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam , penerjemah: Drs. Ja’far Soejarwo., Al Ikhlas, Surabaya, 1986, hal. 152-153,

D.    SIFAT RIYA
Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan  karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau tidak ?


E.     JENIS RIYA
Ø Riya dalam niat
Riya ini muncul ketika mengawali suatu pekerjaan. Seseorang yang akan melakukan ibadah berkeinginan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia

Ø Riya dalam perbuatan
Yaitu riya orang yang selalu memperlihatkan ketekunan beribadah bukan karena sedang member contoh atau bukan diwaktu saat orang banyak melakukannya.
F.     BAHAYA RIYA
Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa.
“Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’,
Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan  :
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya
b. Riya’ adalah syirik khafi.
c. Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan.  
d. Riya’ menghalangi pahala akhirat.  
e. Riya’ menambah kesesatan
1.     Cara menghindari riya
Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara :
Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
BEBERAPA PERKARA YANG BUKAN TERMASUK RIYA’
1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki.
2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam.
3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain.
4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)

ADAPUN BEBERAPA KIAT UNTUK MENGHILANGKAN PENYAKIT RIYA’, MENURUT IMAM GHOZALI ADALAH :
1. Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang lain, menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada manusia, sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang dengan gagah berani, orang yang berperang karena fantisme dan orang yang berperang karena riya’ maka mana yang termasuk dijalan Allah? Maka beliau saw bersabda,’Siapa yang berperang demi meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang berada dijalan Allah.” (HR. Bukhori)
2. Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya hingga hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah swt terhadap berbagai ibadahnya itu.
3. Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya pada saat mengerjakan suatu ibadah.


KESIMPULAN
 è   Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata sam’u (pendengaran) dari sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain.
 è   Maksud riya’ adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan  karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia.
 è   Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan  :
1.     Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya
2.     Riya’ adalah syirik khafi.
3.     Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan.  
4.     Riya’ menghalangi pahala akhirat.  
5.     Riya’ menambah kesesatan