Selasa, 27 Maret 2012

majas

  1. Majas


    Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
    1. Gaya bahasa perulangan
    2. Gaya bahasa perbandingan
    3. Gaya bahasa pertentangan
    4. Gaya bahasa pertautan

    1. Gaya Bahasa Perulangan
    A. Aliterasi
    Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi.
    Contoh: Kau keraskan kalbunya
    Bagai batu membesi benar
    Timbul telangkai bertongkat urat
    Ditunjang pengacara petah pasih
    B. Asonansi
    Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
    Contoh: Segala ada menekan dada
    Mati api di dalam hati
    Harum sekuntum bunga rahasia
    Dengan hitam kelam
    C. Antanaklasis
    Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda.
    Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.
    D. Kiasmus
    Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
    Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
    E. Epizeukis
    Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
    Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.
    F. Tautotes
    Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
    Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.
    G. Anafora
    Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.
    Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.
    Kucari kau karena cemas karena sayang.
    Kucari kau karena sayang karena bimbang.
    Kucari kau karena kaya mesti diganyang.
    H. Epistrofa (efifora)
    Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.
    Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.
    Aku mencercah daging ketika kau tidur.
    I. Simploke
    Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
    Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
    Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
    Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.
    J. Mesodiplosis
    Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
    Contoh: Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
    Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.
    K. Epanalepsis
    Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.
    Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
    L. Anadiplosis
    Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.
    Contoh: Dalam raga ada darah
    Dalam darah ada tenaga
    Dalam tenaga ada daya
    Dalam daya ada segalanya

    2. Gaya Bahasa Perbandingan
    Perumpamaan
    Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.
    Contoh: Seperti air dengan minyak.
    Metafora
    Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit.
    Contoh: Aku adalah angin yang kembara.
    Personifikasi
    Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.
    Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.
    Depersonifikasi
    Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama.
    Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
    Alegori
    Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain:
    Fabel, contoh: Kancil dan Buaya
    Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa
    Antitesis
    Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.
    Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
    Pleonasme dan Tautologi
    Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara.
    Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?
    Perifrasis
    Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
    Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).
    Antisipasi (prolepsis)
    Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.
    Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.
    Koreksio (epanortosis)
    Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.
    Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

    3. Gaya Bahasa Pertentangan
    Hiperbola
    Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
    Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
    Litotes
    Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
    Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.
    Ironi
    Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.
    Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.
    Oksimoron
    Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.
    Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan.
    Paronomosia
    Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
    Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.
    Zeugma dan Silepsis
    Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.
    Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.
    Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.
    Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
    Satire
    Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung.
    Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.
    Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
    Sudah sepuluh tahun engkau bicara
    Aku masih tak punya celana
    Budak kurus pengangkut sampah
    Inuendo
    Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
    Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.
    Antifrasis
    Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.
    Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).
    Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu.
    Paradoks
    Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
    Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
    Klimaks
    Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
    Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara.
    Anti klimaks
    Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.
    Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.
    Apostrof
    Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.
    Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana.
    Anastrof atau inversi
    Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
    Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
    Apofasis
    Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.
    Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.
    Histeron Proteran
    Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
    Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.
    Hipalase
    Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain.
    Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
    Sinisme
    Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
    Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.
    Sarkasme
    Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.
    Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.
    4. Gaya Bahasa Pertautan
    Metonimia
    Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
    Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
    Sinekdoke
    Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.
    Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.
    Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.
    Alusio
    Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.
    Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?
    Eufimisme
    Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap
    merugikan atau yang tidak menyenangkan.
    Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
    Eponim
    Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu
    sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
    Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.
    Antonomasia
    Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai
    pengganti nama diri.
    Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
    Epitet
    Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari
    seseorang atau suatu hal.
    Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.
    Erotesis
    Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali.
    Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?
    Paralelisme
    Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang
    menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
    Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.
    - Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik).
    Elipsis
    Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa
    unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
    Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
    Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek).
    Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek).
    Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan).
    Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek).
    Gradasi
    Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu.
    Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.
    Asindeton
    Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
    Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.
    Polisindeton
    Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
    Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

Minggu, 25 Maret 2012

utek utek


beda otak cowo dan otak cewe!!!!
Message: Kenapa Cewe Bisa Ngomong terus ?

Dalam struktur otak Cewe, kemampuan untuk berbicara terutama ada di bagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan.

Sementara buat Cowo, kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang kritis. Adanya pun cuma di otak kiri dan tidak ada area yang spesifik. Jadi jangan heran kalau Cewe  seneng ngomong dan banyak pula yang diomongin, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.

Otak Cowo itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk. Di malam  hari, setelah seharian penuh aktivitas, Cowo bias menyimpan semuanya di otaknya. Sementara otak Cewe tidak bekerja seperti itu - informasi atau masalah yang diterimanya akan  terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini nggak akan berhenti sampe dia bisa mencurahkan isi otaknya alias curhat. Oleh sebab itu, kalo Cewe bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan uneg-unegnya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi.

Cewe juga berusaha membangun hubungan lewat pembicaraan. Rata-rata Cewe bisa bicara 20 ribu kata dalam sehari. Sementara Cowo hanya sekitar 7 ribu kata sehari. Perbedaan ini kelihatan jelas ketika jam makan malam tiba. Cowo sudah  menghabiskan 7 ribu katanya dan nggak mood untuk bicara lebih lanjut. Persediaan si Cewe tergantung dari apa yang sudah ia lakukan sepanjang hari. Kalau dia sudah banyak berbicara dengan orang lain hari itu, dia pun akan sedikit berbicara.

Kalau dia tinggal di rumah saja, mungkin ia sudah menggunakan 3 ribuan kata. Masih ada 17 ribu lagi!


Cowo cuman bisa melakukan satu hal pada suatu waktu! Semua penelitian yang ada menemukan bahwa otak Cowo lebih terspesialiasi, terbagi-bagi. Otak Cowo berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa ngerjain semuanya tapi`satu-satu donk.'

Kalo Cowo minggirin mobil untuk baca peta, biasanya dia juga akan ngecilin suara radio atau tape. Banyak Cewe yang bingung kenapa. Kan bias aja baca peta sambil denger radio dan bicara. Kenapa Cowo bersikeras ngecilin suara TV kalo ada telepon? Atau kadang Cewe suka bingung "Kalo dia lagi baca koran atau nonton TV, kok dia nggak bias denger tadi gue bilang apa?" Jawabannya adalah karena sedikit sekali jaringan yang menghubungkan otak kiri dan kanan Cowo, sehingga kalo Cowo yang lagi baca koran atau nonton TV di-scan otaknya, kita bakal tau bahwa dia seketika itu juga jadi tuli.

Sementara otak Cewe punya konstruksi yang memungkinkan Cewe melakukan banyak hal sekaligus. Cewe bisa melakukan banyak hal yang sama sekali nggak berhubungan pada waktu bersamaan, dan otaknya nggak pernah putus, selalu aktif! Cewe bisa bicara di telpon, pada saat yang sama masak di dapur dan nonton TV. Atau dia bisa nyetir, dandan, dengerin radio dan bicara lewat hands-free. Bayangin aza cewe yang lagi telp pake HP-nya terus sambil melakukan sesuatu yang laen (misalnya makan atau masak). Kalo dia cuma bisa melakukan 1 hal pada suatu waktu, wah gawat, bisa kebakaran jenggot kali, nanti kerjanya cuma telpon terus dong, he he.

Lain halnya dengan Cowo, pernah terjadi juga kejadian begini. Si Cowo emang udah lapar banget dan dia makan dengan lahapnya di meja makan. Nah, kebetulan di atas meja itu ada beberapa surat yang hari itudikirim untuk setiap penghuni flat. Sambil si Cowo makan, tangannya membuka satu amplop  surat, maksudnya ingin makan sambil baca surat
miliknya ... tapi apa yang terjadi, Cowo itu salah buka surat, dia buka surat orang lain, he he he, bener-bener dah terbukti kalo "Man can't do more than one task at the same time." Tapi karena Cewe bisa pakai 2 sisi otaknya secara bersamaan, banyak Cewe yang bingung ngebedain kanan dari  kiri.

Sekitar 50% Cewe nggak bisa secara langsung  nunjuk mana kanan dan mana kiri kalau ditanya. Tapi  Cowo bisa secara langsung mengidentifikasi kanan dari  kiri. Sebagai akibatnya, Cewe sering dimarahin Cowo karena nyuruh mereka belokin mobilnya ke kanan.
Original message from ASMT